my whole life


pernahkah kamu mendengar seseorang mengatakan "kemarin tuh gara2 pengawasnya duduk didepan gw jadi aja gabisa konsen ngerjain soal,udah mah guru/dosennya kalo nerangin kagak jelas, materinya susah..ya wajar lah nilai gw jeblok gini "
atau malah kamu sendiri yang pernah berkata seperti itu ?
(kalau saya sih pernah hehe :p )

wajar ngga sih kalau saya/kamu/mereka/kalian menuduh faktor eksternal sebagai penyebab tertundanya kesuksesan diri?
A said "ya wajar lah!namanya juga manusia.."
B said "ya ngga dong, kalo lo belajarnya bener mah ga akan jeblok!udah gagal ngeles pula!" (tega)
C said "jangan nyalahin yg lain2,mungkin kamu lg ga beruntung"
D said "yaudahlah lainkali belajar lebih giat"
E said ''wajar sih tapi jangan nyalahin juga'' (bingung)
haaaa those words sounds familiar (for me), how about you?

dalam mata kuliah "Guidance and Counseling" , saya beserta 2orang rekan kuliah saya berkesempatan untuk mengkaji dan mempresentasikan materi yang menurut saya (sebagai seorang calon edukator) sangat menarik, materi tersebut adalah
"MOTIVATING STUDENTS TO LEARN"
nah dalam materi tersebut, kami membahas beberapa teori motivasi yang menjelaskan "why people are motivated to do what they do"
salah satu dari sekian jumlah teori tersebut adalah "Attribution theory"
teori ini membahas bagaimana manusia menjelaskan penyebab dari kesuksesan atau kegagalan mereka
berdasarkan literatur,pengamatan dan pengalaman..saya menarik sebuah asumsi sentral berkaitan dengan teori ini
"People will attempt to maintain a positive self image''
mengapa ?
karena pada hakikatnya manusia diciptakan untuk menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, sebatas pengetahuan yg sy dapat..seluruh perintah Allah SWT bermula,berdiri di atas-,berjalan dan bermuara pada kebaikan, jadi "normal" nya manusia berlomba2 dalam melakukan kebaikan dan oleh karena itu tidak ada manusia yang ingin dicap buruk, kecuali dia adalah megamind yang bersusah payah jadi penentang superhero (tapi gagal,dan malah menjadi superhero yang baik) see? bahkan megamind pun kembali pada "fitrah"nya (megamind itu benda mati,jadi ini hanya sekedar personifikasi hehehe :p )

note: karena saya ''bermain" dan ''berjuang" dalam dunia pendidikan, jadi harap maklum kalau apa yg saya share disini cenderung mengambil contoh dari fakta dunia pendidikan (dan mohon maaf bila bahasanya campur aduk)

jadi bagaimanakah praktik dari "attribution theory" ini dalam kehidupan kita?
saya punya cerita tentang seorang siswa yang baru mendapatkan lembar hasil ujiannya, sebut saja namanya Esmeralda..


Esmeralda usually gets good grade in her class, but one day she receives D on a certain quiz.of course she's dissapointed..sooo, to resolve this discomfort she might try to rationalize her low grade by saying :
a. ahhh the questions were tricky
b. the teacher didn't tell us the quiz was coming
c. i never like this subject
d. i wasn't really trying
d. blablabla etc

see?she is struggling to find a reason for her poor grade that does not require her to change her perception of herself as a good student. she will attributes her poor performance to her teacher, subject matter or other students  as external factors overwhich she has no control. or, if she acknowledges that her poor performance is her own fault, she decides that it must be a short-term lapse based on a momentary (but reversible) lack of motivation or attention regarding this unit of subject.
the purpose is : of course to save her face hehe ;p

like esmeralda, like us (eh?)

berdasarkan teori ini, ketika manusia mendapatkan kesuksesan yang tertunda..mereka akan cenderung menunjuk faktor eksternal diluar kontrol mereka sebagai pelakunya
dan ketika manusia mendapatkan kesuksesannya saat itu juga..mereka akan menunjuk faktor internal sebagai pelakunya (own effort, ability) dan dengan kuasa Yang Diatas.

berdasarkan teori ini pula, there are 4 explanations for success and failure in achievement situations : ability, effort, task difficulty, and luck
mungkin pernah menemukan percakapan seperti dibawah ini ?? :
a : "eh kuis dpt nilai berapa?"
b: " alhamdulillah...90"
a: "woooow!great..pinter ih"
b: "ah itu mah kebetulan aja i'm lucky..sama ijin Allah"
a: ''ah suka merendah nih"


ada 2 tipe b sebetulnya ;
1. b yang benar benar menganggap nilai 90 adalah keberuntungan
2. b yang sebetulnya dlm hati berkata "hey,this is because of my own effort!" tapi untuk alasan merendah,ia mengeluarkan kata "i'm just a lucky person''

jadi, sebetulnya wajar saja ketika mendapatkan suatu kesuksesan yang tertunda, manusia cenderung membeberkan faktor eksternal sebagai penyebabnya..karena ini berkaitan dengan socioemotional factors/self esteem and peer relations..
tapi, jangan sampai dijadikan suatu kebiasaan
ketika gagal : salahkan faktor luar!
ketika sukses : ini kan berkat usaha saya sendiri,tidak ada campurtangan siapapun !
astagfirullahaladzim..

ada baiknya, ketika kita sukses hal pertama yang harus dilakukan adalah bersyukur kepada Allah SWT, tidak berpuas diri dan terus melakukan yang terbaik (minimal mempertahankan)
dan ketika kita mengalami penundaan kesuksesan, bukankah lebih baik untuk tetap bersyukur, mengevaluasi diri, perbaiki/berusaha lebih keras untuk meraih kesuksesan dan jangan berlarut2 mencari penyebab kegagalan ataupun merutuki kegagalan itu sendiri hmmm that's just wasting your time..ada baiknya bangkit dan berpikir : sekarang belum berhasil, besok harus berhasil!insyAllah pasti bisa!

wallahualam bisshawab..
semangat mahasiswa!
semangat calon pendidik!
:) :)