"SAYA PASTI AKAN BANYAK DIAM DAN TERSENYUM" --begitulah saya kalau lagi benar-benar marah. Saya pikir orang marah tidak baik terlalu banyak bicara. Kalimat-kalimatnya akan kacau dan intonasi suara yang dikeluarkannya akan keras. Saya TIDAK SUKA intonasi suara yang keras, karena terasa menusuk telinga dan mungkin akan menyinggung perasaan orang banyak. Kalau lg marah, lebih baik diam! atau menangis pelan-pelan di dalam kamar saja.
jika ada yang bertanya "bagamana sikap anda ketika marah?", maka kalimat diatas lah yang akan menjadi jawaban saya. bukan suatu jawaban yang direncanakan tetapi jawaban tersebut berdasarkan fakta yang saya rasakan selama 18tahun ini, yahhh begitulah saya ketika marah.
Setiap individu pasti memiliki sikap yang berbeda-beda dalam mengejewantahkan emosinya (baca:marah)
ada yang tiba-tiba meledak dan melempar sesuatu ke segala arah, ada yang diam-berpikir-menangis, ada yang tanpa babibu langsung menghancurkan objek penyebab kemarahan, ada pula yang langsung menangis dan hanya mengurut dada.
MARAH, merupakan emosi makhluk (bukan hanya manusia, hewan pun bisa marah) yang muncul akibat dari tidak berlangsungnya sesuatu yang diharapkan. Alasan setiap orang untuk marah itu memang berbeda-beda, jadi jgn pernah berkata "masa masalah gitu doang marah?" kepada orang lain yang kita dengan jelas tidak mengenali style marah nya. Saat ada seseorang yang marah, keadaan sekitarnya pun secara refleks menyerap "aura" tidak nyaman sehingga suasana pun berubah menjadi tidak menyenangkan bukan hanya bagi kita yang marah tapi bagi orang lain yang tahu bahwa kita sedang marah. Saya sering berpikir, egoiskah saya ketika saya yang merasakan api setan tapi orang lain harus ikut merasakan aroma2 dan asap2nya?entahlah, saya tidak tahu jawaban yang pasti--tapi saya merasa itu egois sekali-- oleh karena itu, setiap marah sy lebih sering diam&tersenyum bahkan tertawa! dengan berkata dalam hati (entah pikiran) "woooo pergi setan!enak aja situ mau nguasain saya dengan cara meniupkan kemarahan!hahaha oke saya marah!tapi jgn harap kemarahan yang kamu tularkan bakal saya terusin ke lingkungan saya!buang buang energi wleeee :p "
"Meluapkan kemarahan apalagi yang berlebihan, merupakan salah satu ekspresi memanjakan ego yang cenderung bersifat negatif, atau dalam al-Qur'an sering disebut dengan nafsu amarah (QS. Yusuf.53)."
Marah, menurut Imam Al-Ghazali, dalam bukunya yang terkenal, Ihya Ulumuddin, pad hakikatnya merupakan gejolak hati yang mendorong agresifitas. Energi marah ini meledak untuk mencegah timbulnya hal-hal negatif juga untuk melegakan jiwa dan sebagai pembalasan akibat hal-hal negatif yang telah menimpa seseorang.
Menurut Dr. Setiawan Budi Utomo (Anggota Dewan Syari'ah Nasional MUI), paling tidak, ada tiga karakter marah dalam Islam:
Pertama, yaitu rendah, dimana kemarahan yang mempunyai tingkat ekstrim rendah ini ditandai dengan ketidak mampuan seseorang untuk marah, pun disaat yang sebenarnya mengharuskan orang tersebut marah. Seperti saat menghadapi kemungkaran dan musuh-musuh Allah. (QS. AL-Fath: 29 dan At-Taubat:73).
Yang kedua dari karakter marah adalah tinggi. Kemarahan yang mempunyai tingkat ekstrim yang berlawanan dengan yang pertama ini ditandai dengan adanya sifat marah yang tidak terkontrol dan keluar dari akal sehat serta norma agama. Suatu hal yang sepele bisa menimbulkan kemarahan yang sangat bagi orang karakter kedua ini. Atau dalam Psikologi disebut sebagai orang tempremental.
Yang terakhir dan yang paling baik adalah karakter marah moderat. yaitu suatu sikap yang terpuji yaitu tetap berada dalam kendali akal sehat dan kesadaran agama, sekalipun dalam keadaan marah.
Marah memang normal, karena keadaan yang tidak diharapkan memang tidak menyenangkan untuk dihadapi. Meski normal, marah, sebagai sebuah keadaan dengan beragam intensitas dari yang ringan sampai berat menurut psikolog yang juga pakar di bidang marah dari Departemen Psikologi University of South Florida, Charles Spielberger, PhD, biasanya akan disertai dengan perubahan psikologis dan biologis. Saat marah, ritme jantung dan tekanan darah akan menaik.
Maka, tidak heran bila para peneliti seperti Dr. Redford William dari Duke University dan Dr. Robert Sapolsky dari Stanford University menemukan bahwa amarah, amuk, dan kebencian secara khusus merusak sistem kardiovaskular.
Selain sistem kardiovaskular, perubahan yang sama juga terjadi pada hormon tubuh. Adrenalin dan noradrenalin meningkat. Hormon lain seperti corticosteroids dan cathecolamine akan terproduksi lebih banyak. Akibatnya, sistem kekebalan ditekan dan metabolisme tubuh akan kacau.
Prof. Dr. Aboe Amar Joesoef, dr.,Sp.S, dari bagian Neurologi FK Unair-Rsu Dr. Soetomo, Surabaya menyebutkan, dalam berbagai penelitian menunjukkan ada kaitan antara emosi negatif dengan peningkatan kadar sitokin proinflamatorik dan peningkatan rasa nyeri.
wow wow wow ternyata marah tidak hanya berpengaruh pada kerusakan kalbu tapi pada tubuh kita juga ya hemmm hemmm sungguh merugikan ternyata :(
Ada beberapa kiat untuk mengendalikan amarah (sumber: Fira Afiyanthi dalam manajemen marah), antara lain adalah:
· Memaafkan, sikap lembut dan tegar dengan mengharap ridha dan balasan baik dari Allah (QS. Al-Alraf.199, Ali Imran:134)
· Mengingat qishas di akherat, jika kita melampiaskan kemarahan. Riwayat Abu Ya'la ketika merasa kesal dengan Washif yang lambat melaksanakan tugas. Rasulullah menegurnya secara bijak seraya berkata, " Kalaulah tidak mencemaskan pembalasan di akhirat, niscaya aku beri engkau pelajaran"
· Mengingat pesan nabi dalam hadits Abu Dawud, " Duduk ketika sedang berdiri, tiduran ketika sedang duduk, jika masih marah, berwudhu atau mandilah dengan air dingin"
· Memikirkan kembali dengan tenang, tentang faktor yang menjadi pemicu marah, apakah memang sepatutnya disikapi dengan marah atau tidak.
· Tersenyum. Cobalah bercermm saat anda marah, dan lihatlah betapa jeleknya anda ketika marah dan tersenyumlah, percaya atau tidak, kemarahan yang anda, rasakan akan sirna perlahan-lahan.
· Positif thinking (husnudzon) dan mencoba memahami alasan sikap dan prilaku orang lain.
· Berlatih menunda amarah, dengan tidak mealampiaskan marah secara spontan dan refleks
· Coba dekatkan diri secara fisik kepada seseorang yang anda cintai disaat anda marah untuk menetralisir kemarahan. Misalnya dengan menggenggam tangannya. Kiat ini juga bisa kita gunakan untuk meredam kemarahan orang yang kita cintai pada kita.
· Diam dan dengarkan
· Ungkapkan kemarahan dengan tulisan.
· Komunikasi dan proaktif. Jangan harap orang lain dapat membaca fikiran kita atau mengetahui apa yang kita inginkan
· Membaca taawwudz seraya berdoa kepada Allah agar terhindar dari provokasi syetan dan jebakan fitnah yang menyesatkan." Allahumma Rabban Nabi Muhammad, ighfirlii dzambi wa adzbib ghaiddha qoIbii wa ajimii min mudhilatil fitan".
yahhh intinya "LAA TAGHDAB"
Ungkapkanlah kekesalan kita dengan tetap mengendalikan diri. Orang yang kuat menurut Islam bukanlah orang yang menakutkan ketika marah, melainkan orang yang mampu mengendalikan diri ketika marah sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairoh," Bukanlah disebut kuat orang yang pandai bergulat. Sesungguhnya orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya ketika ia marah"
selamat mengendalikan amarah :)
jangan sering-sering marah ya ya ya :) :)