Kita terlalu sama. Suka menangis diamdiam. Kelihatan tegar di luar,
padahal hancur di dalam. Ketika kini kulihat tawamu yang terlalu keras,
aku tahu bahwa kau sedang tidak baikbaik saja. Kau memang ahli bermain
peran, tapi tidak di hadapanku.
Cobalah hidup jujur terhadap apapun
yang kau rasa.
Tuhan tidak menciptakan apapun untuk siasia.
Hidup tidak melulu soal
bahagia, tapi juga sebaliknya. Itu kemutlakan yang tak bisa kau tolak.
Seperti sekarang, jangan selingkuhi perasaanmu sendiri, menangislah.
Sungguh, tidak ada yang salah dengan jatuhnya airmata. Airmata bukan
penanda lemah, sebaliknya itu pertanda agar kau tidak lengah.
Setiap kita memiliki lukanya sendirisendiri.
Juga, memiliki cara
sendirisendiri untuk memulihkannya. Airmata adalah cara lain kau
berbahasa dan mengungkap rasa, ketika kau tak sanggup mengolah kata.
Biarkan luka terbawa oleh setiap tetes airmata yang menitik sukarela.
Izinkan aku menemanimu, tanpa banyak bicara, memberi petuah yang
menjemukan, atau betingkah konyol agar kau tertawa. Aku hanya akan
duduk di sampingmu, menemani selama kau mau. Dan sesekali memberi
genggaman, untuk menguatkan.
Note: bahkan airmata adalah buah tawa, saat aku bahagia bisa menemanimu dan mendengar cerita kegiatanmu seharian.
Posting Komentar
ayo komen post ini :)